Jakarta, Berita Rakyat Sumatera – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan pendekatan ekonomi biru atau blue economy harus menjadi arus utama pembangunan Indonesia ke depan karena konsepnya yang menyeimbangkan ekonomi dan ekologi.
“Ini harus kita buat, kalau tidak, climate change (perubahan iklim) itu akan menjadi masalah ke depan ini,” katanya saat memberikan kuliah umum dalam Seminar Nasional Kemaritiman dalam rangka Hari Maritim Nasional yang diikuti secara daring di Jakarta.
Luhut mengungkapkan, Indonesia menyumbang emisi karbon sebanyak 2,3 juta ton per kapita, jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara maju yang mencapai 15 juta ton per kapita.
Namun, menurut Luhut, Indonesia tidak boleh lengah dan perlu terus memanfaatkan potensi dan mendorong pembangunan berbasis ekonomi birunya. Hal itu lantaran sebanyak 70 persen wilayah Indonesia merupakan laut dengan 6,4 juta km persegi area laut yang bisa dimanfaatkan.
“Namun kontribusi ekonomi biru masih relatif terbatas. Kontribusi kemaritiman masih terbatas dengan pertumbuhan PDB yang lebih rendah dari pertumbuhan PDB nasional,” katanya.
Dalam bahan paparan yang disajikan, kontribusi PDB kemaritiman hanya sebesar 7,6 persen pada 2021. Adapun pertumbuhan PDB kemaritiman pada 2021 hanya sebesar 2,04 persen, di bawah pertumbuhan PDB nasional pada periode yang sama sebesar 3,69 persen.
Hal itu pun berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir yang lebih buruk dibandingkan dengan masyarakat non pesisir.
“Penduduk daerah pesisir relatif lebih miskin dengan tingkat kemiskinan yang lebih buruk. Persentase penduduk miskin di pesisir mencapai 11,02 persen sementara non pesisir 8,67 persen. Jadi kelihatan gap-nya itu,” katanya.
Oleh karena itu, Luhut pun mendorong pengembangan industri maritim dan hilirisasi sumber daya maritim perlu terus ditingkatkan.
Ia menekankan perlunya mendorong industri pengolahan maritim dan industri pembuatan pemeliharaan dan jasa perbaikan kapal yang perlu dihidupkan.
“Nah ini yang harus kita hidupkan sehingga kalau ada orang mau maintenance kapal di luar, ya mungkin kita kasih pajak yang lebih mahal buat dia,” tuturnya.
Luhut juga menyinggung krusialnya hilirisasi rumput laut yang punya potensi besar untuk dikembangkan karena merupakan bahan baku berbagai industri, mulai dari produk kesehatan, makanan, pupuk organik, makanan pengganti, bioplastik hingga biodiesel. (rma/bbs)
Komentar