oleh

Diduga Istri Pejabat di Pemkot Prabumulih Positif Covid-19

PALEMBANG, BeritaRakyatSumatera – Perkembangan kasus Covid-19 di Kota Prabumulih kian mengkhawatirkan. Setelah ditetapkan sebagai Zona Merah penyebaran Covid-19. Kali ini, kabar buruk menimpa di lingkungan pejabat di Kota Prabumulih.

Informasinya, tambahan kasus positif  ke 18 yang diumumkan Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Sumsel, Jumat sore (10/04/2020), diduga merupakan salah seorang istri pejabat penting di lingkungan Pemkot Prabumulih.

Juru Bicara Tim Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Sumsel, Prof Yuwono mengatakan dirinya tidak mengetahui persis identitas pasien positif Covid-19 kasus ke 18. Apakah benar istri pejabat yang bersangkutan. Sebab, ada juga pasien positif sebelumnya memiliki nama yang sama.

“Saya tidak tahu apakah benar istri pejabat atau bukan. Karena ada keterbatasan untuk mengungkap identitasnya,” kata Yuwono saat dibincangi, BeritaRakyatSumatera.com, Sabtu malam (11/04/2020).

Ia mengatakan kerahasiaan data pasien selama ini memang dilindungi. Hanya saja, sebagai ahli, ia berpendapat agar ke depannya data pasien dapat diungkap. Jika sudah dibuka, masyarakat bisa dengan sendirinya waspada. “Jadi masyarakat di sekitarnya bisa tahu, apakah pernah melakukan kontak dengan yang bersangkutan atau tidak. Kunjungannya bisa kita lock,” ungkapnya.

Yuwono mengingatkan efek virus Corona cukup berbahaya ke sejumlah kelompok masyarakat. Seperti jenis kelamin laki-laki, usia diatas 50 tahun. Dari pengamatannya sejauh ini, rata-rata untuk kelompok di luar itu bisa sembuh. “Kalau wanita biasanya bisa sembuh. Kemudian usia dibawah 50 tahun tingkat kesembuhannya juga lebih baik,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Prabumulih, dr Happy Tejo mengaku tidak mengetahui persis identitas pasien positif Covid-19. Sebab, data yang diterimanya hanya berupa inisial, tempat tinggal serta status penularannya.

“Kalau nama tidak dikasih. Hanya diberi informasi bahwa satu ada yang dari Prabumulih. Saat ini pasien sedang menjalani Isolasi Mandiri,” kata Tejo.

Saat ditanya, apakah orang disekitar pasien juga ikut diperiksa, Tejo mengaku untuk pemeriksaan secara massal, pihaknya hanya bisa mengandalkan laboratorium yang ada di Palembang. Sebab, untuk mengadakan alat tes Swab, hanya bisa ditujukan kepada rumah sakit rujukan.

“Dana sebenarnya ada. Tapi untuk membeli alat Swab, hanya bisa dilakukan RS rujukan. Sementara RSUD kami tidak masuk salah satunya. Jadi untuk pengecekan massal cukup sulit,” bebernya.

Tejo mengharapkan pemerintah pusat maupun provinsi dapat membantu pembelian alat tes Swab. Sehingga pendeteksian penyebaran virus bisa lebih mudah. “Ketika ada yang positif, orang disekitarnya bisa langsung diperiksa. Saat ini kami hanya bisa mengandalkan Palembang untuk pemeriksaannya,” terangnya.

Sementara itu iwan warga kota Palembang yang bertugas di kota Prabumulih sangat menyayangkan tidak dibukanya identitas pasien positif Covid-19. Seharusnya pemerintah transparan agar masyarakat bisa berhati-hati. “Kalau disembunyikan, timbul pertanyaan ada apa. Padahal kita bicara untuk keselamatan masyarakat bersama,” ungkapnya.

Jika sudah dibuka, kata Iwan, lingkungan di sekitar bisa mengantisipasi diri. Dengan tidak melakukan kontak langsung. Menurutnya, penyakit ini bukanlah suatu aib. Karena penyebarannya tidak hanya di Kota Prabumulih. Tetapi hampir seluruh negara di dunia ikut merasakan dampaknya.

“Pasien positif juga seharusnya langsung diisolasi di rumah sakit. Bukan diisolasi di rumah. Karena khawatir bisa menularkan ke lingkungan sekitarnya,” ucapnya.

Ia juga mengharapkan peran media untuk bisa mensosialisasikan pasien yang positif Covid-19. “Saya bersyukur update kasus yang dilakukan oleh media massa. Namun, harapannya dapat dibuka identitasnya. Pemerintah pusat harus mengeluarkan aturan itu,” pungkasnya. (eddy).

Komentar

Tinggalkan Balasan ke Bundayulia Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. Setuju sekali, seharusnya pasien positive covid 19 datanya harus di perlihatkan, agar masyarakat seperti kami ini bisa waspada dan jg orang2 yg berhubungan langsung dgn beliau bia mengetahuinya.
    Jika identitas pasien positive disembunyikan maka bukan tidak mungkin akan menyebar kemana2.
    Kami mohon sebagai masyarakat kecil, coba utk tidak menutup2i hal seperti ini. Krn ini menyakut nyawa orang lain, selain itu penyakit ini bukan sebuah Aib yg mesti disembunyikan, ini adalah Wabah. Dan menularkannya bisa melalui siapa saja. Kenapa meski ditutup2i.
    Ayo pak Ridho khususnya walikota kami, org yg sllu kami banggakan, sllu peduli dgn rakyat kecil seperti kami, mari kita bersama2 mencegah wabah ini agar mata rantai penyebarannya tidak sampai kemana mana.